Prof. Suherman, mengungkapkan bahwa salah satu masalah besar berkaitan dengan lingkungan adalah kualitas air terutama air minum untuk konsumsi.
Dalam studi UNICEF pada tahun 2020 menyampaikan bahwa hampir 70% sumber air konsumsi telah tercemar limbah domestik dan beresiko memunculkan penyakit diare akibat buruknya penataan sanitasi rumah tangga.
“Keberadaan bakteri E-Coli menjadi salah satu indikasi kualitas air minum. Belum lagi cemaran berbagai logam dampak dari industrialisasi yang tidak dibarengi infrastruktur yang memadai,” urainya.
Untuk mendeteksi kualitas air, Suherman mengembangkan teknologi sensor yang didalamnya terdapat nanomaterial di mana memiliki sensitivitas yang luar biasa dan dapat digunakan untuk mendeteksi kualitas air.
“Pendekatan sensor lingkungan terutama untuk sampel air dapat dilakukan melalui beberapa cara diantaranya menggunakan metode spektroskopi, elektrokimia dan sensor optik untuk mendeteksi kandungan nikel,” ujarnya.
Adapun untuk deteksi logam berat, kata Suherman, dapat dilakukan dengan metode spektroskopi berbasis fluoresensi dengan memanfaatkan material sensor berbasis karbon dot. Aplikasi sensor (carbon dots/CDs) juga dapat dimanfaatkan untuk biosensor bakteri E-Coli.
BACA JUGA Kata Pakar UGM Atasi Krisis Hidrologi Sungai Ciliwung: Perlu Pendekatan Ekosistem
Lanjut Suherman menuturkan bahwa perkembangan dunia riset terkait nanomaterial begitu pesat sehingga tidak hanya dalam perspektif modifikasi material saja, namun juga dalam sudut pandang aplikasinya yang semakin luas dan menjangkau berbagai bidang.
Menurut dia, tantangan yang dihadapi tidak hanya menyasar pada parameter selektivitas dan sensitivitas, namun juga menuju satu bentuk aplikasi instrumentasi sensor yang handheld, mobile, dan real-time monitoring.
BACA JUGA Marak Kekerasan Seksual, Pemerhati Perilaku Kesehatan UGM Minta Nakes Jaga Integritas
"Dari sini kita menyadari bahwa jendela peluang begitu luas, dan tuntutan kolaborasi dengan bidang ilmu lain sangatlah terbuka,” ungkapnya.
Sementara itu, bagi Dewan Guru Besar, Prof Baiquni, bahwa Prof. Suherman merupakan salah satu dari 526 Guru Besar aktif di UGM, dan salah satu dari 56 Guru Besar aktif dari 76 Guru Besar yang pernah dimiliki Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UGM.