INDOZONE.ID - Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM lakukan penandatanganan perjanjian kerja sama kolaborasi riset dengan Gembira Loka (GL) Zoo, Selasa (17/6/2025), di Ruang Mayang Tirta Gembira Loka Yogyakarta.
Ruang lingkup kerja sama ini meliputi kolaborasi dalam edukasi dan pemanfaatan spesies ikan invasif dan Burung Unta (Struthio camelus) untuk penelitian plasma nutfah. Beberapa spesies ikan invasif tersebut yakni ikan Arapaima, Aligator Gar, Piranha, Redtail Catfish, Snakehead, dan Nile Tilapia.
Dekan FKH UGM Prof. drh. Teguh Budipitojo, menyebut pihaknya mendukung kolaborasi riset yang dilakukan bersama GL Zoo. Kegiatan ini menjadi bentuk pembekalan bagi calon-calon dokter hewan dari FKH UGM dan Indonesia untuk mempelajari hewan-hewan endemik dari luar Indonesia.
“Penandatanganan perjanjian kerja sama ini sebagai langkah pertama dalam memberikan kesempatan pendidikan tinggi kedokteran hewan untuk memanfaatkan spesies yang ada di Gembira Loka untuk pendidikan dan penelitian,” jelas Teguh.
Baca juga: Mahasiswa UGM Kaji Degradasi Lingkungan dan Pariwisata Karimunjawa, Ini Hasilnya
Menurut Teguh, kerja sama penelitian bersama ini memanfaatkan spesies ikan-ikan invasif untuk objek penelitian plasma nutfah ikan invasif di Indonesia baik spesies ikan asli atau bukan yang selama ini mengkolonisasi habitat tertentu secara masif dan dapat menimbulkan kerugian ekologi, ekonomi, dan sosial.
Sedangkan untuk spesies burung unta akan dijadikan sebagai materi pembelajaran dan penelitian bagi mahasiswa dan dosen.
“Kita ingin yang mengoptimalkan plasma nutfah bagi pengembangan ilmu di bidang veteriner khususnya bidang perunggasan dan sebagai upaya untuk melestarikan sumber daya dan plasma nutfah spesies burung unta,” ujarnya.
Direktur GL Zoo, KMT A. Tirtodiprojo menyebut kerja sama antara FKH UGM dan Gembira Loka sudah dirintis sejak lama. Namun, baru kali ini kerja sama tersebut mencakup bidang penelitian dan pendidikan, utamanya di permasalahan spesies invasif.
Baca juga: Daya Tarik Malang sebagai Tempat Kuliah: Banyak Kampus, Biaya Hidup Murah, hingga Transportasinya
Banyaknya hewan endemik yang masuk ke Indonesia dan menjadi predator bagi lingkungan sekaligus membahayakan masyarakat. Hal ini menjadi tantangan untuk dunia pendidikan tinggi dalam penyelesaian masalah tersebut.
“Kerja sama ini pastinya membuka peluang besar memperdalam ilmu pengetahuan, pendidikan, dan penelitian supaya jadi langkah awal dalam kolaborasi yang lebih ke depannya,” ujarnya.
Dukungan juga datang dari pihak Dinas Perikanan dan Kelautan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Fitrianto Noorcahyo selaku perwakilan menyebut pihaknya juga berencana akan mengadakan perjanjian kerja sama dengan FKH UGM dalam hal pemanfaatan spesies invasif untuk pendidikan.
Ia mengakui bahwa pengawasan ikan invasif di Yogyakarta merupakan paling maju se-Indonesia. Namun, kerja sama seperti ini diharapkan oleh Fitrianto semakin menegakkan pengawasan ikan invasif sekaligus mengedukasi masyarakat mengenai bahayanya.
Selain melakukan penandatangan piagam kerja sama, dilanjutkan dengan tur keliling GL Zoo untuk meninjau beberapa lokasi penangkaran hewan seperti burung unta dan harimau yang merupakan hewan endemik Indonesia.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Keterangan Pers